Apakah aku sudah menghayati misteri yang terjadi setiap aku merayakan
ekaristi?
Christ,
truly present under the species of bread and wine, is analogously present in
the word proclaimed in the liturgy. -
Verbum Domini 56
Setiap kali aku menjalankan liturgi
Ekaristi, Tuhan secara nyata hadir dalam rupa roti dan anggur. Bagaimanakah
sikapku?
Pada Ekaristi, terdapat meja, yaitu :
meja Sabda dan meja Tubuh Kristus / meja perjamuan (The Table of the Word and The Table of
the Body of the Lord.). Keduanya sama-sama penting. Tidak berarti
aku bersikap sangat khusyuk pada saat Doa Syukur Agung dan menomor duakan
pembacaan Sabda Tuhan.
1.)
The
Table of The Word
Ia
hadir dalam sabdaNya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam
gereja - Sacrosantum Concolium no.7
Yesaya 55:11 “demikianlah firman-Ku
yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia,
tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa
yang Kusuruhkan kepadanya.”
Melalui Sabda yang kita dengarkan
setiap kali Liturgi Sabda, Tuhan mengajakku untuk ambil bagian dalam apa yang Ia kerjakan,
merasakan apa yang Ia rasakan. Sepertinya Ia berkata kepadaku "Apakah kamu
mau serta dalam misteri ini?"
"And
the Word made flesh and tabernacled among us." John1:14
Kehadiran Yesus dalam Sabda sama pentingnya dengan kehadiranNya dalam
Tubuh dan DarahNya
2.)
The
Table of The Body of The Lord
Pada saat Liturgi Ekaristi, Sabda
yang sudah aku dengarkan tadi hadir secara nyata di depan ku.
"This
is My Body.. This is My Blood" bdk. Mrk 14:22-24
Janji dan pengalaman Tuhan yang tadi
telah ku alami lewat SabdaNya pada saat Liturgi Ekaristi ini hadir secara nyata
di depan ku.
Di saat Misa Kudus, aku menerima Sakramen Ekaristi. Sudahkah kuhayati
apa arti Ekaristi?
Sakramen diambil dari kata ”Sacramentum”. Kata ini digunakan ketika “sumpah
prajurit”, yaitu saat para prajurit Romawi mengambil sumpah
kepada negara. Sumpah sendiri
mempunyai arti “berjanji di hadapan Tuhan sebagai saksi dan sebagai penjamin kata-kata
kita”.
Dari Markus 14:22-24 aku melihat lebih lagi bahwa Yesus sendiri yang
berkata “…."Ambillah, inilah tubuh-Ku.", dan juga "Inilah
darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”
Dari Firman itu dinyatakan bahwa Tuhan sendiri berjanji pada kita semua
(darah perjanjian). Ketika Tuhan sendiri yang bersumpah, tidak ada otoritas yg lebih besar daripada itu, Ia bersumpah
demi namaNya dan diriNya sendiri.
Saat Yesus memberikan TubuhNya dan DarahNya bagi kita inilah saat Tuhan
menunjukkan janjiNya.
Apa bedanya Sakramen dengan simbol-simbol lain?
Tanda lain yang bisa dijadikan contoh adalah bendera. Jika suatu bendera
suatu negara terbakar, tidak otomatis bahwa rumah kita yang ada di negara
tersebut pun terbakar.
Tetapi kalau “sakramen”, sakramen bukan cuma tanda/simbol dari apa yang
diwakilkan, tetapi benar-benar mencerminkan sifat seperti aslinya. Misalnya
Sakramen Baptis yang telah kita terima, Baptis itu bukan hanya simbol
pembersihan jiwa kita tapi benar-benar Baptisan itu yang membersihkan jiwa
kita.
Analoginya seperti misalnya ada Kedutaan Besar Spanyol di Indonesia.
Kedutaan itu bukan cuma “menandakan”, tetapi begitu kita masuk ke situ dianggap
kita sudah berada di Spanyol. Tetapi tetap saja ada Spanyol yang lebih besar
daripada Kedutaan tersebut.
Ketika kita menerima Yesus dalam Tubuh dan DarahNya, itu benar-benar
Yesus (bukan hanya simbol), tetapi tentu saja pada saatnya nanti kita akan
menerima Yesus secara lebih penuh lagi di Surga nanti.
Ada satu kisah nyata dari seorang Uskup Agung di suatu negara, suatu
ketika beliau sedang naik taksi di New York. Kebetulan, supir taksi tersebut
orang muslim. Setelah masuk
dan duduk di taksi, supir taksi tersebut bertanya kepada Uskup "Anda Katolik?"
“Ya,benar,” jawab Uskup tersebut. “Apakah Anda percaya bahwa Yesus
sungguh-sungguh Allah?” tanya supir taksi. “Ya,” jawab Bapak Uskup. “Apakah
Anda percaya
bahwa hosti sungguh-sungguh Yesus?” Tanya si supir taksi lebih lanjut. “Ya,
tentu saja!” jawab Bapak Uskup.
“Saya
tidak percaya apa yang Anda katakan,” lanjut si supir taksi. “Mengapa?”
Bapak Uskup balik bertanya kepadanya. “Karena engkau tidak berlaku seperti itu,”
jawabnya. “Jika saya jadi Anda dan saya percaya bahwa hosti sungguh-sungguh
Yesus, saya pasti tiarap dan tidak berani berdiri di hadapanNya.”
Dari kisah nyata tersebut aku mulai merefleksikan lagi sikapku setiap
kali menerima Komuni Kudus. Kata-kata supir taksi tadi sangat sederhana tapi
membawaku lebih dalam ke perenungan akan penghayatanku.
"I
don't believe you, because you don't act like it." - The Taxi Driver
Ekaristi adalah sesuatu yang sangat amat serius. Bukan hanya simbol.
Tetapi sungguh-sungguh Yesus. Ketika kita turut ambil bagian dalam perjamuan
Tuhan, kita mau menerima Tuhan secara nyata.
Yesus telah berjanji dgn namaNya sndiri dan kita telah berkata “ya”
saat menerima Komuni Kudus, tetapi seringkali aku menjalani hidup seolah-olah
tidak ada konsekuensi yang harus aku lakukan dengan telah menerima Yesus.
Ada beberapa ayat yang membuatku merenungkan lagi mengenai sikapku, di 1 Korintus 11:27-31 “Jadi barangsiapa
dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa
terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang
menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan
itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia
mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang
lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.”
Dan juga di Ibrani 10:26-29 “Sebab
jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang
kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang
mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua
orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas
kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih
beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak
Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang
menghina Roh kasih karunia.”
Banyak sekte-sekte sesat yang membongkar Tabernakel karena mereka
benar-benar tahu apa itu yang ada di dalamnya, tetapi aku sendiri yang telah
menerima Tubuh dan Darah Tuhan setiap kali Ekaristi malahan tidak berlaku
seperti itu.
Melalui permenungan ini, aku ingin lebih lagi menghormati Tuhan setiap
kali merayakan Ekaristi dan menghayati secara lebih dalam apa yang harus
kulakukan setelah menerima Tubuh dan DarahNya.
God bless you ^^
Nb : permenungan ini bukan hasil
pemikiranku, tetapi dari pengajaran yang disampaikan oleh salah satu
temanku. Aku mengemasnya dengan lebih rapi karena aku ingin membagikannya pada
teman-temanku :)