Saturday, June 23, 2012

Ekaristi - Sebuah Permenungan Tentang Ekaristi


Apakah aku sudah menghayati misteri yang terjadi setiap aku merayakan ekaristi?

Christ, truly present under the species of bread and wine, is analogously present in the  word proclaimed in the liturgy. - Verbum Domini 56

Setiap kali aku menjalankan liturgi Ekaristi, Tuhan secara nyata hadir dalam rupa roti dan anggur. Bagaimanakah sikapku?
Pada Ekaristi, terdapat meja, yaitu : meja Sabda dan meja Tubuh Kristus / meja perjamuan (The Table of the Word and The Table of the Body of the Lord.). Keduanya sama-sama penting. Tidak berarti aku bersikap sangat khusyuk pada saat Doa Syukur Agung dan menomor duakan pembacaan Sabda Tuhan.

1.)    The Table of The Word

Ia hadir dalam sabdaNya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam gereja - Sacrosantum Concolium no.7

Yesaya 55:11 “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”

Melalui Sabda yang kita dengarkan setiap kali Liturgi Sabda, Tuhan mengajakku untuk ambil bagian dalam apa yang Ia kerjakan, merasakan apa yang Ia rasakan. Sepertinya Ia berkata kepadaku "Apakah kamu mau serta dalam misteri ini?"

"And the Word made flesh and tabernacled among us." John1:14

Kehadiran Yesus dalam Sabda sama pentingnya dengan kehadiranNya dalam Tubuh dan DarahNya


2.)    The Table of The Body of The Lord

Pada saat Liturgi Ekaristi, Sabda yang sudah aku dengarkan tadi hadir secara nyata di depan ku.

"This is My Body.. This is My Blood" bdk. Mrk 14:22-24

Janji dan pengalaman Tuhan yang tadi telah ku alami lewat SabdaNya pada saat Liturgi Ekaristi ini hadir secara nyata di depan ku.

 
Di saat Misa Kudus, aku menerima Sakramen Ekaristi. Sudahkah kuhayati apa arti Ekaristi?
Sakramen diambil dari kata ”Sacramentum”. Kata ini digunakan ketika “sumpah prajurit”, yaitu saat para prajurit Romawi mengambil sumpah kepada negara. Sumpah sendiri mempunyai arti “berjanji di hadapan Tuhan sebagai saksi dan sebagai penjamin kata-kata kita”.
Dari Markus 14:22-24 aku melihat lebih lagi bahwa Yesus sendiri yang berkata “…."Ambillah, inilah tubuh-Ku.", dan juga "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”
Dari Firman itu dinyatakan bahwa Tuhan sendiri berjanji pada kita semua (darah perjanjian). Ketika Tuhan sendiri yang bersumpah, tidak ada otoritas yg lebih besar daripada itu, Ia bersumpah demi namaNya dan diriNya sendiri.
Saat Yesus memberikan TubuhNya dan DarahNya bagi kita inilah saat Tuhan menunjukkan janjiNya.

Apa bedanya Sakramen dengan simbol-simbol lain?
Tanda lain yang bisa dijadikan contoh adalah bendera. Jika suatu bendera suatu negara terbakar, tidak otomatis bahwa rumah kita yang ada di negara tersebut pun terbakar.

Tetapi kalau “sakramen”, sakramen bukan cuma tanda/simbol dari apa yang diwakilkan, tetapi benar-benar mencerminkan sifat seperti aslinya. Misalnya Sakramen Baptis yang telah kita terima, Baptis itu bukan hanya simbol pembersihan jiwa kita tapi benar-benar Baptisan itu yang membersihkan jiwa kita.

Analoginya seperti misalnya ada Kedutaan Besar Spanyol di Indonesia. Kedutaan itu bukan cuma “menandakan”, tetapi begitu kita masuk ke situ dianggap kita sudah berada di Spanyol. Tetapi tetap saja ada Spanyol yang lebih besar daripada Kedutaan tersebut.

Ketika kita menerima Yesus dalam Tubuh dan DarahNya, itu benar-benar Yesus (bukan hanya simbol), tetapi tentu saja pada saatnya nanti kita akan menerima Yesus secara lebih penuh lagi di Surga nanti.

Ada satu kisah nyata dari seorang Uskup Agung di suatu negara, suatu ketika beliau sedang naik taksi di New York. Kebetulan, supir taksi tersebut orang muslim. Setelah masuk dan duduk di taksi, supir taksi tersebut bertanya kepada Uskup "Anda Katolik?" “Ya,benar,” jawab Uskup tersebut.Apakah Anda percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh Allah?” tanya supir taksi. “Ya,” jawab Bapak Uskup. “Apakah Anda percaya bahwa hosti sungguh-sungguh Yesus?” Tanya si supir taksi lebih lanjut. “Ya, tentu saja!” jawab Bapak Uskup.
Saya tidak percaya apa yang Anda katakan,” lanjut si supir taksi. “Mengapa?” Bapak Uskup balik bertanya kepadanya. “Karena engkau tidak berlaku seperti itu,” jawabnya. “Jika saya jadi Anda dan saya percaya bahwa hosti sungguh-sungguh Yesus, saya pasti tiarap dan tidak berani berdiri di hadapanNya.”

Dari kisah nyata tersebut aku mulai merefleksikan lagi sikapku setiap kali menerima Komuni Kudus. Kata-kata supir taksi tadi sangat sederhana tapi membawaku lebih dalam ke perenungan akan penghayatanku.

"I don't believe you, because you don't act like it." - The Taxi Driver


Ekaristi adalah sesuatu yang sangat amat serius. Bukan hanya simbol. Tetapi sungguh-sungguh Yesus. Ketika kita turut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan, kita mau menerima Tuhan secara nyata.
Yesus telah berjanji dgn namaNya sndiri dan kita telah berkata “ya” saat menerima Komuni Kudus, tetapi seringkali aku menjalani hidup seolah-olah tidak ada konsekuensi yang harus aku lakukan dengan telah menerima Yesus.

Ada beberapa ayat yang membuatku merenungkan lagi mengenai sikapku, di 1 Korintus 11:27-31 “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.”

Dan juga di Ibrani 10:26-29  “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia.”

Banyak sekte-sekte sesat yang membongkar Tabernakel karena mereka benar-benar tahu apa itu yang ada di dalamnya, tetapi aku sendiri yang telah menerima Tubuh dan Darah Tuhan setiap kali Ekaristi malahan tidak berlaku seperti itu.

Melalui permenungan ini, aku ingin lebih lagi menghormati Tuhan setiap kali merayakan Ekaristi dan menghayati secara lebih dalam apa yang harus kulakukan setelah menerima Tubuh dan DarahNya.

God bless you ^^


Nb : permenungan ini bukan hasil pemikiranku, tetapi dari pengajaran yang disampaikan oleh salah satu temanku. Aku mengemasnya dengan lebih rapi karena aku ingin membagikannya pada teman-temanku :)

2 comments:

  1. Nama uskup agungnya adalah francis mansour zayek. Biodatanya bisa dilihat sekilas di wikipedia. Beliau meninggal tahun 2010 yang lalu.

    ReplyDelete
  2. makasih koko^^ sebenernya nyatet.. cuma bingung Francis Mansour Zayek itu tadinya Uskup nya atau Uskup yang menceritakan hal ini hehehe thx dah comment, senang sekali dibaca sama yang menyampaikan hehe

    ReplyDelete



Web Site Hit Counters
Website Hit Counter