Ini adalah sebagian tips yang
saya catat dari sebuah retreat di komunitas Katolik yang saya ikuti.
Saya merasa bahwa tips ini sangat
berguna bagi kita untuk melakukan Discernment.
Discernment yang berarti “ketajaman”,
saya definisikan secara singkat sebagai menajamkan Roh kita, manakah hal yang
lebih berkenan kepada Tuhan untuk kita pilih/lakukan.
Di dalam kehidupan rohani kita,
dapat juga digolongkan ke dalam dua kondisi rohani.
Konsolasi : situasi di mana Tuhan terasa dekat, kehidupan rohani
kita terasa semangat
-versus-
Desolasi : situasi di mana Tuhan terasa jauh, dan kehidupan rohani
kita terasa lesu
Konsolasi dan desolasi
pasti akan terjadi dan harus terjadi selama masa pemurnian kita di dunia ini.
Belajarlah untuk mempelajari
kondisimu saat ini. Misalnya saja, di kondisi konsolasi saya mudah sekali untuk bersyukur, maupun sebaliknya saat
desolasi jadi sulit untuk bersyukur
dan lebih sering mengeluh.
Jika kita mengenal kondisi konsolasi sedang terjadi dalam diri
kita, dan kita dituntun dari ke hal-hal yang lebih baik dan semakin baik di
mata Tuhan, Roh Kudus akan terus memberi semangat. Sedangkan roh jahat juga
akan mencoba merebut semangat itu. Misalnya roh jahat dapat membujuk,”Ah, saya
memang seperti ini. Tidak perlu berubah, cuek saja.” Saat itu belajarlah untuk
tidak memberi perhatian kepada suara yang jahat. Jika kamu menyadari bahwa
kondisimu sedang dalam konsolasi,
maka keputusan-keputusan yang benar akan memberi rasa damai di dalam hatimu.
Sebaliknya keputusan yang salah akan membuat hati menjadi gelisah.
Jika kita sedang dalam kondisi desolasi, kita merasa jauh dari Tuhan,
roh jahat akan membujuk kita untuk terus merasa damai dan tidak perlu mengubah
kebiasaan kita. Misalnya, saat mulai terasa kendor dalam komitmen doa, mungkin akan
ada bujukan dalam hati yang membuat kita berpikir,”Ah, ya sudahlah. Tidak apa
sekali-sekali tidak usah berdoa.” Kondisi yang tidak mau berubah ini tanpa kita
sadari semakin menjadi kebiasaan. Sebaliknya, jika dala kondisi desolasi hati kita gelisah, Roh Kudus
biasanya membujuk kita untuk tidak nyaman dengan kondisi kita yang malas. Ia
akan terus berbisik dalam hati,”don’t give up!” Ia akan menyentak kita agar
kita mau terus mendekat kepada Tuhan.
Konsolasi dan desolasi
memang akan terjadi tetapi yang menjadi perbedaan dari orang-orang yang dapat sampai
ke dalam “deep revelation” dengan Tuhan adalah pribadi-pribadi yang mau mengamat-amati
pengalaman imannya dan belajar dari sana, apakah saya sendiri sedang berada
dalam kondisi konsolasi ataukah desolasi.
Dengan mengenal kondisi kita
sendiri, suara hati kita akan semakin dipertajam, mana yang berasal dari Tuhan
dan yang bukan dariNya. (lui)